dengan modal asik, yang artinya sekedar permintaan dalam kalimat sederhana yaitu diminta untuk develop. tentu saja ini adalah sebuah kesempatan bagi saya. seratus persen bahan dan alat disuport. kurang apa lagi. sebenarnya masi kurang gajinya sich. tapi apa bole buat, anggap saja itu sebagai sebuah motivasi dalam rangka mendapatkan sesuatu yang lebih layak.
Tampak kendaraan di atas layar. yang warna biru bukan dari perangkat yang kami kembangkan |
Pada suatu ketika saat rapat dengan teman teman untuk mengembangkan perangkat smart city. Ada yang meminta untuk perangkat GPS agar dikembangkan lagi, tentu ke versi yang lebih baik dari sebelumnya. Penerapan Smart City yang dimaksud adalah penerapan dalam bidang transportasi untuk memantau kendaraan di kota.
Kembali lagi pertanyaan itu muncul, bukannya perangkat GPS sudah banyak, ngapain dibuat lagi. beli saja selesai masalahnya. tetapi yah gitu dech. perangkat GPS biasanya di paket dengan servisnya. sementara teman teman di sini ingin membuat servisnya sendiri. dengan alasan itu. baiklah... saya buatkan versi selanjutnya dari perangkat GPS tersebut.
persiapan perangkat GPS |
teman lembur di malam itu |
Berdasarkan rapat tersebut, akhirnya tim GPS memutuskan untuk kembali ke bandung dan mempersiapkan alat yang masi tersisa belum lulus tes. Proses ini berjalan dengan sangat cepat. Malam hari keluar dari bogor. Sampai di bandung langsung ke kempus. setup semua perangkat yang tersisa, pengujian dan pengepakan. Sebelum ayam berkokok tim GPS sudah berangkat lagi ke bogor.
rasa puas jelas tergambar. setelah instalasi pada kendaraan terakhir.. mobil ispa |
Proses instalasi cukup mendebarkan karena kami baru pertama kali melakukan hal tersebut. Dengan model berani, kami menerapkan pengetahuan elektronika dasar dan mencoba mencocokkannya dengan kelistrikan yang ada di mobil.
hasil dari pekerjaan kali ini adalah peresmian BOGOR GREEN ROOM (GBR), tapi belum berakhir disaat itu. Proses pengembangan Smart City Bogor masi akan terus berlangsung
Foto bersama stekholder. |
Rasa Berhasil... bisalah dibilang begitu. setidaknya saat itu kami semua merasakan hal yang sama (kayaknya sich) |