Wednesday, May 13, 2015

Cerita tentan pengajuan kartu kerdit

Pengajuan kartu kredit, mungkin teman teman semua sebagian besar sudah perna melakukannya, ceritanya begini,


pada suatu hari saat melakukan cetak buku tabungan di bank, saya ditawarkan apakah tertarik untuk mengajukan permohonan kartu kredit. saat itu saya sangat tertarik karena ada beberapa transaksi pekerjaan yang perlu menggunakan kartu kredit.

saya mengiakan dan resepsionis menyiapkan lembar formulir permbohonan. bla bla bla... dan jadilah formulir permohonan tersebut.

pada selang waktu yang sama, mungkin saya taunya belakangan ini, ternyata para telemerketing sedang gencar melakukan pencarian nasabah baru.

suatu ketika saya dapat telepon dari telemarketing yang menawarkan kartu kredit. dari gaya bicaranya, saat itu saya berpikir ini adalah followup dari permohonan kartu kredit yang saya lakukan. kemudian semua proses wawancara saya jawab dan mengucapkan kata "YA" pada ahkir pembicaraan.

saat hal itu terjadi konteks yang ada dalam pikiran saya adalah saya dalam proses pengajuan kartu kredit. tiba tiba beberapa saat kemudian setelah telemarketing telepon, ada telemarketing atau resepsionis telepon lagi untuk memverifikasi data dalam rangka permohonan kartu kredit.

saat itu saya langsung bilang saja, kan tadi barusan telepon dengan topik yang sama, kenapa ada telepon lagi. coba tanyakan pada temannya saja...

kejadian yang saya ceritakan diatas ternyata dua hal yang berbeda, dan saya beru sadari ketika. kartu kredit yang ditawarkan oleh telemarketing sampai di rumah.... wak....waw

pagi ini saya di telp lagi, oleh orang yang mengaku akan melakukan verifikasi data dalam rangka permohonan kartu kredit. dan ternyata proses ini adalah proses yang sebenarnya saya tunggu tunggu. bukan proses dari telemarketing yang telah selesai yang diakhiri dengan sampainya kertu yang saya tidak tau menau tersebut sampai di rumah.

ok, mari kita mulai proses baru ini. setelah pembicaraan panjang lebar dengan resepsionis, sampai resepsionis melimpahkan pembicaraan ini kepada atasanya karena pertanyaan saya yang mungkin menurut dia bukan kapasitas dia.

intinya seperti ini.

saya mendapatkan 2 kartu kredit dari telemarketing yang kontennya saya belum paham sama sekali, sementara ada proses yang berjalan secara parallel sedang berlangsung permohonan saya yang sebenarnya dilakukan atas dasar kebutuhan.

karna saya agak takut dengan nominal maksimal dari kartu kredit dari telemarketing ini. juga abodemen pertahunnya. maka pertanyaan saya kepada atas resepsionis ini adalah

apakah saya harus melanjutkan proses yang sebenarnya saya kehendaki ini atau memakai kartu yang sudah saya terima dan menghentikan proses yang sedang berlangsung. sebenarnya dari lubuk hati yang paling dalam saya menginginkan proses yang bukan dari telemarketing ini.

ini jawaban dari atasan resepsionis tersebut.
dari sudut pandang yang berbeda. setiap karyawan perlu meningkatkan prestasinya, dengan indikasi prestasi adalah mendapatkan nasabah, dalam hal ini adalah pengguna kartu kredit.

selain itu setiap kartu yang dikirimkan jika tidak diaktifkan selama 3 bulan dalam hal ini perbuatan dari telemarketing maka kartu tersebut akan dihancurkan oleh sistem. selain itu kartu dari telemarketing ini memerlukan tanda tangan basah dari cabang dimana saya melakukan laporan dan meminta untuk aktifasi kartu tersebut.

lain halnya dengan kartu yang diajukan melalui form permohonan, yang udah dari awal memiliki tandatangan basah saya.

awalnya saya masi ngotot untuk mendapatkan kartu sesuai dengan kebutuhan saya (melalui form permohonan). berdasarkan penjalasan dari atasan resepsionis tersebut. saya mengambil keputusan untuk menjalani semua proses yang sedang berlangsung. dengan alasan, pada akhirnya saya sendiri yang akan memutuskan apakah kartu yang saya terima tersebut akan saya aktifkan atau tidak.


sesuatu yang bisa di ambil dari kejadian ini adalah. telemarketing berbeda dengan agen verifikasi kartu.

No comments:

Post a Comment